Sabtu, 12 April 2008

Jumat, 11 April 2008

AKBP Djoko Rudi Kapolresta Karimun


Lama Bertugas di Unit Lantas

Sehari sebelum digelar acara Serah Terima Jabatan, AKBP Joko Rudi yang keseharian bertugas Bidang Pembinaan dan Karir (Binkar) Personalia Polda Kepri, terlihat lebih santai dan menyapa sejumlah staf yang selama ini akrab.

Mengenakan seragam safari coklat muda, Joko Rudi ketika ditemui Tribun di Mapolda Kepri langsung menegur. Hal yang biasa karena selama ini, Joko Rudi sangat berperan dalam proses penyeleksiaan calon bintara (secaba Polri), dan selalu menginformasikan tentang hasil-hasil sementara penyeleksiaan.

Joko Rudi menceritakan pengalaman bertugas di Mapolda Kepri dimulai awal tahun 2007, dan pangkat AKBP baru didapatnya. Sebelumnya perwira menengah ini pernah menjabat sebagai wakapolreta Kota Bengkulu.

" Untuk jabatan sebagai Kapolres baru pertama kali, setahun terakhir saya lama di bidang administari ke personaliaan dan karir anggota. Jabatan Kapolres ini merupakan amanah dan sebagai anggota wajib kita jalankan kepercayaan dari pimpinan,"ujar Joko Rudi, merupakan tamatan AKABRI Polri tahun 1991.

Menurut bapak dua anak kelahiran 13 Februari 1967 di kota Magelang Jawa Tengah ini, mengaku selama karirnya, dipercaya pimpinan bergabung dalam satuan lalu lintas.

" Latar belakang tugas saya lama di Lalulintas. Dengan tugas baru sebagai Kapolres Karimun, tentu saya tidak akan fokus kepada Lalulintas saja, melainkan banyak hal-hal yang lebih lagi menjadi perhatian. Diantaranya, masalah atau kasus-kasus peredaran Narkoba dan aksi pencurian yang memang menjadi perhatian pimpinan lama selama ini,"ujar bapak yang gemar menulis dan membaca.

Joko Rudi berjanji akan terus melanjutkan hasil kerja yang selama ini dibentuk oleh Kaporesta lama AKBP Leonidas B. Belajar kondisi masyarakatnya, terlihat warga Tanjung Balai Karimun, terdiri masyarakat dengan mata pencarian sebagian besar nelayan dan berdagang.

Selain masalah peredaran Narkotika, malasah pengiriman tenaga kerja ilegal keluar negeri, hingga masalah protustusi dan penyelundupan, merupakan masalah yang juga menonjol, tapi melibatkan pemantauan dan pengamanan dari berbagai intansi selain polisi.

" Untuk pola pengamanannya, di Kota Karimun ini, kehadiran polisi lebih penting dan akan menciptakan kondisi kondusif. Jadi anggota bertugas cendrung melakukan pembinaan. Jika upaya pembinaan tidak mempan baru tindakan tegas dan hukum akan bicara,"ujar Joko yang juga keluarga besar militer di Jawa. (ded)

Senin, 07 April 2008

Slamet Riyanto : Sering Dipanggil Pandawa Harjuno


Gayanya kalem, sedikit bicara dan penampilan sederhana. Tapi dibalik diamnya itu, pikiran terus menganalisa sesuatu secara mendetail. Begitu kesimpulan telah didapat, baru mengintruksikan kepada jajarannya untuk bertindak. Pada jam-jam shalat, seluruh aktivitas ditinggalkan untuk sementara waktu. Membaur akrab dengan jamaah lain di dalam masjid. Dia adalah Kepala Kepolisian Kota Besar Barelang, Kombes Pol Slamet Riyanto.

Lelaki berkulit sawo matang ini lahir di Boyolali, tepatnya 7 Juli 1958. Kini, sudah dikaruniai tiga anak dan semua tinggal di Batam. "Di mana pun saya bertugas, keluarga selalu bersama." katanya sambil senyum. Baginya, dukungan keluarga sangat berarti demi keberhasilan meraih prestasi.

Slamet yang alumni SMAN 1 Boyolali tahun 1977 ini tidak begitu kaget menjalani puasa sebulan penuh karena pada bulan lain sudah rutin menjalankan puasa sunat Senin Kamis sejak remaja. Pada Ramadhan tahun ini, dia merasa mendapatkan sesuatu yang sangat berharga. Pengalaman manis itu didapat ketika melakukan safari Ramadhan ke Masjid An Nur kampung Sambau.

Mantan DirIntel Polda Kepri ini mengaku merasakan angin sejuk menyelimuti ruangan masjid itu. Suasana hening dan syahdu menyapu sanubarinya. Dzikir yang dia ucapkan terasa ringan dan terarah seakan-akan seseuai kebutuhan rohaninya dan dituntun untuk bertaubat kepada Sang Pencipta. "Bahkan sepulang dari tempat itu, kulanjutkan mengaji di rumah hingga pukul satu." paparnya.

Masih belum puas dengan mengaji, rasanya ingin shalat semalam suntuk. Berhubung di masjid An Nur itu telah menutup shalat sunat dengan witir tiga rekaat, Slamet melengkapi haus rohani di hatinya dengan wirid membaca tasbih. Entah apa yang dialaminya, Slamet tidak mau menyebut hal itu sebagai lailatul qadar. Tapi bila pengertian malam lebih mulia dari seribu bulan itu diartikan demikian, barangkali Slamet telah mengalaminya.

Segala hal pengalaman yang dilaluinya diceritakan dengan runtut. Dia kisahkan pengalaman itu tanpa maksud apapun. Tidak mengharap pujian atau penilaian orang akan dirinya, tapi semata-mata memaparkan pengalaman yang dia dapat saat safari Ramadhan. "Manisnya iman itu datang dengan tiba-tiba tanpa diduga. Tepatnya pada malam 25 Ramadhan kemarin. Barangkali banyak orang mengharap bertemu dengan suasana malam itu. Alhamdulillah, Allah menyayangiku." ujarnya.

Dia suka berbuka puasa di rumah dengan anak istri, terkecuali ada undangan buka bersama di hotel atau instansi lain. Semua dijalani apa adanya menerima taqdir Tuhan. Pendalaman terhadap agama, khususnya bidang tauhid atau pengesaan Tuhan telah dia mulai sejak SMA. Kemudian melanjutkan studi ke UNS Surakarta, tapi cuma mengenyam dua semester karena alasan biaya. "Saya kira dapat PMDK itu gratis kuliahnya, ternyata cuma bebas tes masuk saja." kenang Slamet tertawa.

Di sela-sela wawancara, dia mengangkat telepon genggamnya sambil duduk di kursi ruang kerja pribadi. Tampak di meja, beberapa buku agama dan kaset-kaset rohani tertata rapi berdampingan dengan berkas-berkas kepolisian. Album photo keluarga tak ketinggalan turut menghiasi meja kaca dan sebuah loker. Hanya orang tertentu yang diijinkan masuk ke ruang pribadi Kapoltabes ini, kecuali Slamet yang memanggilnya.

Dia adalah anak ke tiga dari lima bersaudara. Kebetulan semua laki-laki, sehingga sering dipanggil Harjuno seperti tokoh pewayangan Penengah Pandawa Lima. Bodinya tergolong kurus tapi sehat, terbukti dia berkali-kali menjuarai lomba lari di tingkat sekolah maupun kesatuannya.

Pengalaman rohani yang pernah dia raih adalah ketika melaksanakan ibadah haji tahun 2004 lalu. Sebelum berangkat, Slamet menderita sakit tulang punggungnya. Bahkan bila berdiri cuma bertahan 5 menit saja. Dipakai berjalan-jalan cuma bertahan satu kilo langsung tumbang. Padahal dia seorang pelari marathon di kampusnya.

Dia tetap nekad naik haji kala itu dengan kondisi kurang fit. Tapi suatu keajaiban, selesai melaksanakan thawaf mengelilingi Kabah, Slamet duduk bersimpuh memohon kesembuhan kepada Sang Khalik. Tak disangka-sangka, sakit yang dia derita sembuh seketika seperti tak pernah merasakan sakit sebelumnya.

Lelaki yang pernah bercita-cita menjadi guru SD ini selalu fokus menjalani tugas-tugasnya. Juga konsentrasi ketika melaksanakan ibadah tertentu. Bahkan saat menunaikan ibadah haji dengan penuh kenikmatan itu, tak teringat tanah air sedikit pun. Yang dia pikirkan hanya rahmat dan ampunanNya. Sepulang dari haji Slamet bertambah tekun dan disiplin memenuhi panggilan adzan.

Berangkat dari pengalaman itu, Slamet sangat disiplin menerapkan aturan kepada anggotanya. Tak suka bila melihat anak buah menyimpang dari norma yang ada atau saling menyalahkan kepada teman. Sebaliknya, dia berbahagia bila menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan hasil sempurna. Tapi semua kesuksesan tak ada yang gratis. Sukses adalah hasil kerja keras yang tak mungkin datang dengan tiba-tiba tanpa usaha.

Mantan Kepala Polres Bengkalis ini teguh mengidolakan seniornya di jajaran kepolisian. Termasuk kepada Kapolri yang teguh dan tegas dalam menegakkan hukum. Kini, perhatiannya sedang memikirkan metode apa yang diterapkan untuk menghalau generasi muda dari pengaruh narkoba. Jika hanya menangkap pemakai, pengedar dan jaringannya saja tentu tidak menyelesaikan masalah hingga ke akarnya. "Tapi bagaimana remaja dan anak sekolah bisa menyadari bahaya narkoba sehingga sanggup untuk tidak mencoba atau memakainya." pungkas Slamet.

Generasi muda adalah calon penerus bangsa. Baik buruknya mereka di masa yang akan datang tergantung bagaimana kita sekarang mendidik dan mengarahkannya. Ide-ide untuk menelorkan solusi itu terkadang muncul ketika Slamet sedang sendiri di ruang pribadi. Sering menganalisa sesuatu dan mencari solusi yang jitu. Pikiran itulah yang sering mengisi sedikit waktu luangnya. (wid/tribun)